Diusir dari Kos hingga Dikucilkan, Begini Kisah Sedih Mereka yang Berjuang Melawan C0r0na
Wabah virus corona di Indonesia membawa banyak kisah yang menarik sekaligus mengharukan. Di tengah-tengah perjuangan keras para tenaga medis hingga masyarakat yang bersentuhan dengan penyakit berkode Covid-19 itu, mereka justru mendapatkan perlakuan yang mungkin terdengar miris di hati.
Baca Juga :
Salah satunya menimpa seorang perawat pasien Corona (COVID-19) di RS Persahabatan, Jakarta Timur, yang dikabarkan harus angkat kaki dari tempat kosnya. Tak hanya itu, beberapa dari mereka yang berhubungan dengan wabah tersebut juga merasa sangat dikucilkan oleh lingkungan sekitarnya.
Kabar Perawat pasien corona yang diminta angkat kaki dari kos-kosan yang telah diklarifikasi
Resiko bekerja merawat pasien positif corona memang sangatlah besar. Selain penularan, tak jarang hal tersebut juga berimbas pada kehidupan pribadi mereka. Seperti kabar adanya perawat di RS Persahabatan yang diusir dari tempat kos, hal tersebut langsung ditanggapi oleh Direktur Utama RS Persahabatan Rita Rogayah. Di mana lingkungan yang ditinggali perawat tersebut merasa tidak nyaman atas keberadaan mereka.
Peristiwa ini juga dikabarkan oleh Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia Harif Fadhilah. “Kami mendapat laporan dari perawat itu bahwa ada teman-temannya tidak kos lagi di sana, di tempat kosnya.
Baca Juga :
Karena setelah diketahui rumah sakit tempat bekerjanya tempat rujukan pasien COVID-19.”
Satpam ketakutan saat melihat pasien yang terkena virus corona
Salah seorang pria yang positif mengidap virus corona di Bandung, Jawa Barat, ikut berbagi cerita soal pengalamannya. Dirinya bercerita saat harus disolasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, hingga bertemu dengan dua orang satpam yang tengah berjaga di ruang isolasi.
Mengetahui dirinya positif Covid-19, kedua satpam disebutnya langsung kabur entah kemana. Meski demikian, ia menanggapinya dengan santai. “Sudah ada satpam dua, ‘Mau ke mana? Saya mau ke Kemuning. Kenapa? Saya bilang saya suspect’ gitu kan. Ya udah saya parkir ke basemen, saya buka jas hujan, buka helm, udah lah naik aja ke atas. Pas udah nympe di atas, satpamnya hilang. Walaupun ya oke lah mereka security, mungkin kurang edukasi.” ucapnya sembari tertawa.
Dikucilkan warga sekitar karena khawatir terkena dampak dari corona
Salah satu bentuk diskriminasi karena khawatir tertular oleh virus corona juga diunggah oleh Jurnalis . Menurut cerita yang masuk pada dirinya, ada upaya pengusiran oleh tetangga oleh mereka karena dianggap jadi pembawa virus.
Baca Juga :
Tak hanya itu, anak-anaknya pun menjadi sasaran stigma negatif dari masyarakat sekitar. Unggahan ini kemudian dibalasa dengan cerita serupa oleh pemilik akun @pputri707 yang juga menceritakan pengalamannya. kakakku perawat dan ada temennya yg sesama perawat harus dirumahkan buat isolasi karena ada kontak sama pasien Corona dan selama isolasi banyak ibu-ibu gosipin dia bahkan anak2 mereka terang-terangan kedepan rumahnya cuma buat teriakan dia “Corona” :(, cuitnya.
Kurangnya sarana pelindungan diri (APD) petugas medis untuk hindari penularan
Tak hanya mendapat stigma negatif dari lingkungan, beberapa petugas di lapangan juga harus berjuang keras di tengah keterbatasan Alat Pelindung Diri (APD). Meski rentan tertular oleh pasien positif Covid-19 yang dirawat, mau tak mau tugas tersebut harus dijalankan karena memang tidak ada pilihan lain.
Salah satunya adalah paramedis yang bertugas di Puskesmas Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat. Karena keterbatasan APD, jas hujan plastik pun digunakan sebagai pelindung. “Kami kan harus safety. APD-nya tidak ada.
Baca Juga :
Pakai jas hujan yang penting petugas tidak kontak dengan kulit orang lain atau percikan dan segala macam,” ucap salah seorang petugas medis bernama Atih Djuarsih i .